seperti yg telah dijelaskan oleh maizatul di video bahwasanya dari uji yg telah dilakukan senyawa fitosterol tidak ditemukan di dalam ekstrak air buah buncis dikarenakan oleh energi ikatan hidrogen pelarut (air), yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana jika pelarut yang tadinya air yaitu pelarut polar digantikan dengan pelarut n heksan yang bersifat non polar atau esil asetat yg bersifat semi polar, apakah hasil akhirnya akan sama seperti menggunakan pelarut air?
Ekstraksi dengan pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi. Nah Senyawa polar itu hanya akan larut pada pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air. Sedangkan Senyawa non-polar itu hanya dapat larut pada pelarut non-polar, seperti eter, kloroform dan n-heksana. Kemudian Setiap pelarut itu memiliki karakter berbeda dalam mengambil senyawa bioaktif suatu sampel yang berbeda kepolarannya. Pelarut metanol dan n-heksan digunakan dalam ekstraksi untuk mendapatkan senyawa berdasarkan tingkat kepolarannya (polar dan non-polar). Jadi Ekstraksi menggunakan pelarut dengan polaritas berbeda dapat menghasilkan ekstrak dengan polaritas yang berbeda pula sesuai dengan sifat kepolaran masing-masing ekstrak.
seperti yang telah dijelaskan oleh maizatul pada videonya bahwa uji fitosterol pada senyawa alam buncis ini berkhasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah atau hipoglikemik, nah saya ingin bertanya bagaimana mekanisme kerja dari khasiat buncis mengenai penurunan kadar glukosa dalam uji fitosterol pada senyawa dalam buncis tersebut?
Jadi mekanisme kerja obat hipoglikemik oral, yaitu meningkatkan sekresi insulin (golongan sulfonilurea), meningkatkan kepekaan reseptor insulin sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat, serta menghambat penguraian polisakarida menjadi monosakarida, dan disini flavonoid mempunyai mekanisme antidiabetik yang sama dengan golongan sulfonilurea dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu dengan cara meningkatkan sekresi insulin pada organ pankreas. Selain itu, agen antidiabetik pada buncis juga terdapat pada senyawa fitosterol berupa β-sitosterol dan stigmasterol yang dapat merangsang sekresi insulin dari pankreas. β- sitosterol dan stigmasterol dapat merangsang pelepasan insulin dengan menghambat kerja glukosa-6-fosfatase dalam hati yang merupakan enzim utama untuk konversi karbohidrat menjadi gula darah sehingga kandungan ini dapat menjadi agen hipoglikemik dalam mengontrol gula darah pasien diabetes melitus.
seperti yg telah dijelaskan oleh maizatul di video bahwasanya dari uji yg telah dilakukan senyawa fitosterol tidak ditemukan di dalam ekstrak air buah buncis dikarenakan oleh energi ikatan hidrogen pelarut (air), yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana jika pelarut yang tadinya air yaitu pelarut polar digantikan dengan pelarut n heksan yang bersifat non polar atau esil asetat yg bersifat semi polar, apakah hasil akhirnya akan sama seperti menggunakan pelarut air?
BalasHapusEkstraksi dengan pelarut didasarkan pada sifat
Hapuskepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi. Nah Senyawa polar itu hanya akan larut pada
pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol
dan air. Sedangkan Senyawa non-polar itu hanya dapat
larut pada pelarut non-polar, seperti eter,
kloroform dan n-heksana. Kemudian Setiap pelarut itu memiliki karakter berbeda dalam mengambil senyawa bioaktif suatu sampel yang berbeda kepolarannya. Pelarut metanol dan n-heksan digunakan dalam ekstraksi untuk
mendapatkan senyawa berdasarkan tingkat
kepolarannya (polar dan non-polar). Jadi Ekstraksi menggunakan pelarut dengan polaritas berbeda dapat menghasilkan ekstrak dengan polaritas yang berbeda pula sesuai dengan sifat kepolaran
masing-masing ekstrak.
seperti yang telah dijelaskan oleh maizatul pada videonya bahwa uji fitosterol pada senyawa alam buncis ini berkhasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah atau hipoglikemik, nah saya ingin bertanya bagaimana mekanisme kerja dari khasiat buncis mengenai penurunan kadar glukosa dalam uji fitosterol pada senyawa dalam buncis tersebut?
BalasHapusJadi mekanisme kerja obat hipoglikemik oral, yaitu meningkatkan sekresi insulin (golongan sulfonilurea), meningkatkan kepekaan
Hapusreseptor insulin sehingga absorpsi glukosa di jaringan perifer meningkat, serta
menghambat penguraian polisakarida menjadi monosakarida, dan disini flavonoid mempunyai mekanisme antidiabetik yang sama dengan golongan sulfonilurea
dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu dengan cara meningkatkan sekresi
insulin pada organ pankreas. Selain itu, agen antidiabetik pada buncis
juga terdapat pada senyawa fitosterol berupa
β-sitosterol dan stigmasterol yang dapat
merangsang sekresi insulin dari pankreas. β-
sitosterol dan stigmasterol dapat merangsang
pelepasan insulin dengan menghambat kerja glukosa-6-fosfatase dalam hati yang
merupakan enzim utama untuk konversi
karbohidrat menjadi gula darah sehingga
kandungan ini dapat menjadi agen
hipoglikemik dalam mengontrol gula darah
pasien diabetes melitus.